Tektonostratigrafi : Definisi, Jenis, dan Dinamika Sedimentasi
Tektonostratigrafi merupakan suatu
penamaan baru untuk mengelompokkan satuan batuan. Penamaan kelompok batuan
berdasarkan tektonostratigrafi lebih menitikberatkan kepada kerangka tektonik
yang mengontrol suatu stratigrafi. Tektonostratigrafi merupakan penamaan baru
yang bertujuan untuk mempermudah memahami dan membantu mengerti mengenai
evolusi tektonik suatu cekungan pengendapan.
Definisi Tektonostratigrafi
Menurut etimologi, tektonostratigrafi berasal dari 2 kata
yakni tektonik dan stratigrafi. Defenisi tektonik adalah ilmu yang mempelajari
arsitektur bumi yang dipengaruhi oleh pergerakan kerak bumi. Pergerakan batuan solid penyusun bumi tersebut menghasilkan
gaya dari dalam bumi yang akan menghasilkan kekar, lipatan dan patahan
(Billings,1961). Sedangkan pengertian stratigrafi sendiri adalah ilmu mengenai
batuan berlapis, dimana ilmu ini tidak hanya mempelajari suksesi dan umur yang
berhubungan dengan batuan berlapis, tetapi juga mengenai bagaimana batuan
terbentuk, distribusi, komposisi litologi, kandungan fosil, sifat geofisik dan
geokimia batuan (Bates dan Jackson, 1987). Berdasarkan penjelasan tersebut
dapat diartikan bahwa tektonostratigrafi adalah ilmu mengenai batuan berlapis
yang lebih menekankan kepada kontrol pergerakan kerak bumi terhadap pembentuk
stratigrafi tersebut.
Tektonostratigrafi juga didefenisikan
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan unit litostratigrafi yang lebih
menekankan kepada pengaruh tektonik pada rekaman stratigrafi (Bates dan Jackson,
1987). Didalam kerangka unit tektonostratigrafi terdapat suatu penjelasan
mengenai kontrol dari proses deformasi tektonik terhadap unit satuan batuan
yang dihasilkan pada rekaman stratigrafi.
Kejadian
tektonik secara rinci akan terekam pada sedimen yang diendapkan dalam waktu
yang bersamaan. Hasil dari proses
tektonisme regional dapat mengelompokkan batuan berdasarkan kesamaan waktu,
mencakup akibat yang ditimbulkan dari pola pergerakan lempeng.
Tektonostratigrafi biasanya digunakan sebagai dasar pengelompokan batuan pada
suatu area yang sangat luas mencakup dua atau tiga lempeng yang berdekatan.
Pengelompokan tersebut menggunakan pendekatan berdasarkan dominasi kesamaan
kejadian tektonik dengan yang skala yang cukup besar, misalnya rifting atau koliasi lempeng
(Miall,1997).
Jenis
Tektonostratigrafi
Aplikasi
tektonostratigrafi sangat berhubungan dengan rift basin. Rift basin
terdiri dari beberapa episode rifting,
dimana setiap episode rifting dapat
di bedakan menjadi interval yang secara langsung menggambarkan dan menunjukkan
secara langsung fase dari rifting yang
di kontrol oleh proses tektonik (Sapiie, 2000). Adapun episode rifting tersebut dikelompokan menjadi 3
episode yakni pre-rift, syn-rift, dan post-rift (Ryacudu, 2000).
· Pre-rift meliputi pengendapan batuan sebelum mulainya
proses regangan. Tahapan ini diawali karena terjadinya upwelling mantel atas pada daerah peregangan. Peregangan pada
litosfer membentuk rekahan-rekahan yang akan mengontrol subsidence pada interval pemekaran selanjutnya (Selley, 1985). Pada
interval pre-rift, litosfer belum
mengalami subsidence. Stratigrafi
yang terbentuk biasanya berhubungan dengan batuan penyusun basement dan erosional dari batuan basement .
![]() |
Kondisi pada tahapan pre-rift, yakni ketika tahap awal pembentukan cekungan. Pada tahap ini subsidence belum berlangsung tetapi rekahan-rekahan telah hadir. (Selley, 1985). |
· Syn-rift meliputi pengendapan batuan yang terjadi
ketika proses regangan aktif terjadi. Pada episode syn-rift pengendapan batuan dikotrol oleh patahan-patahan yang
terjadi akibat regangan litosfer. Pengendapan terjadi selama proses subsidence berlangsung. Selama
pengendapan dasar cekungan mengalami penurunan membentuk fasies batuan berubah
secara lateral dan menebal kearah tengah cekungan (Lambiase dan Morley, 1999).
Pengendapan periode syn-rift biasanya
dicirikan oleh fasies batuan yang diendapkan pada lingkungan fluvial, deltaik,
lacustrin dan pantai.
· Post-Rift meliputi pengendapan batuan setelah proses
regangan berakhir. Proses tektonik relatif tenang, tetapi proses subsidence masih terus berlangsung
akibat adanya pendinginan bagian litosfer. Stratigrafi yang terbentuk pada post-rift sangat dikontrol oleh variasi
eustasi dan suplai sedimen (Prosser, 1993). Proses subsidence yang teratur mengasilkan stratigrafi yang diendapkan
secara paralel dan relatif memiliki ketebalan yang sama. Pengendapan periode post-rift biasanya dicirikan oleh fasies
batuan yang diendapkan pada lingkungan endapan fluvial, deltaik, dan laut
dangkal.
![]() |
Kondisi pada tahapan post-rif. Proses subsidence terus berlangsung, tetapi lebih dikontrol sebagai pengaruh termal. (Selley, 1985). |
Mengetahui
konsep tatanan tektonik pembentuk arsitektur stratigrafi suatu cekungan
sangat membantu dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas alam. Dengan memahami
konsep tersebut, distribusi source rock,
reservoir, dan caps dapat diidentikasi dan diperkirakan. Sehingga kemungkinan
keberhasilan eksplorasi lebih besar (Lambiase dan Morley, 1999)
Dinamika
Sedimentasi
Proses sedimentasi pada cekungan
pengendapan dipengaruhi oleh keseimbangan antara suplai sedimen dan ruang
akomodasi (Allen dan Allen, 2005).
1. Suplai Sedimen
Suplai sedimen merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan besarnya pasokan material sedimen yang diendapakan
pada cekungan pengendapan. Variasi besarnya pasokan sedimen yang diendapkan
pada sebuah cekungan, dipengaruhi oleh iklim dan tektonik (Allen dan Allen,
2005).
Iklim adalah faktor utama yang
mengontrol besarnya tingkat pelapukan yang terjadi pada batuan. Pada daerah
yang memiliki iklim basa cenderung akan mengalami pelapukan yang lebih intensif
jika dibandingkan dengan daerah yang beriklim kering. Besarnya tingkat
pelapukan yang terjadi pada batuan, menyebabkan proses erosi yang bekerja juga
akan semakin intensif. Semakin besar tingkat erosi yang terjadi maka pasokan
sedimen yang dihasilkan tentunya juga akan semakin besar. Sedangkan faktor yang
ke 2 adalah tektonik. Tektonik sangat berhubungan dengan pengangkatan (uplift) dan penurunan (subsidence) kerak bumi. Pada daerah yang
mengalami pengangkatan (uplift)
tentunya akan menjadi sumber material baru untuk proses erosi. Sedangkan pada
daerah yang tidak mengalami pengangkatan maka tidak ada sumber batuan yang akan
dierosi (Murray et all, 1980). Iklim dan
tektonik merupakan dua indikator yang saling terkait satu dan lainnya dalam
mempengaruhi besarnya suplai sedimen yang diendapkan pada cekungan pengendapan
.
2. Ruang Akomodasi
Ruang akomodasi didefenisikan sebagai
ruang yang tersedia untuk sedimen dapat terakumulasi (Allen dan Allen, 2005).
Pada daerah yang dipengaruhi oleh air laut, besarnya ketersediaan ruang
akomodasi untuk sedimen dapat terakumulasi sangat dipengaruhi oleh proses
perubahan eustasi dan tektonik yang terjadi. Sedangkan pada lingkungan darat
yang tidak mendapat pengaruh laut, ruang akomodasi dipengaruhi oleh profil equilibrium fluvial.
Pada daerah yang dipengaruhi air laut,
dikenal istilah muka air laut relatif (relative
sea level) yakni muka air laut diukur dari permukaan air laut menuju datum
yang khusus seperti basement. Muka
air laut relatif dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi tektonik subsidence atau uplift, kompaksi, dan
eustasi. Perubahan muka air laut relatif secara langsung akan mempengaruhi
besarnya ketersediaan ruang akomodasi untuk sedimen dapat terakumulasi.
3. Eustasi
Eustasi adalah muka air laut global
yang diukur dari permukaan air laut menuju datum yang tetap, seperti titik
pusat bumi, akan mempengaruhi kedalamam air laut yang diukur dari permukaan air
laut menuju dasar air laut.
![]() |
Hubungan eustasi, muka air laut relatif dan kedalaman air laut terhadap ketersediaan ruang untuk sedimen dapat terakumulasi (Jervey, Emery, and Meyers dalam Allen dan Allen, 2005). |
Perubahan
eustasi sangat berkaitan dengan perubahan iklim yang terjadi pada permukaan
bumi (Murray et all, 1980). Kenaikan dan penuruan muka air laut merupakan
respon secara langsung tehadap perubahan suhu atmosfer bumi. Kenaikan suhu bumi
menyebabkan terjadinya pemanasan pada permukaan bumi, pemanasan tersebut
menyebabkan pencairan es pada kutub utara dan selatan. Proses pencairan es
tersebut disebut sebagai proses interglasiasi, proses ini menyebabkan muka air laut naik (transgresi).
Sebaliknya jika terjadi penurunan suhu dipermukaan bumi,maka akan menyebabkan
air laut membeku pada kedua kutub bumi. Proses pembekuaan ini ini disebut
sebagai proses glasiasi, proses ini menyebabkan muka air laut turun (regresi).
4. Tektonik
Tektonik merupakan faktor yang juga
sangat berpengaruh terhadap besarnya ruang akomodasi yang tersedia. Tektonik secara langsung mengontrol kecepatan
pengangkatan (uplift) dan penurunan (subsidence) yang terjadi pada litosfer
(Murray et all, 1980). Punurunan (subsidence)
yang terjadi pada litosfer menyebabkan terjadinya pendalaman pada cekungan.
Pendalaman yang terjadi menyebabkan semakin bertambahnya ruang akomodasi untuk
sedimen dapat terendapkan, sehingga proses sedimentasi cenderung akan bergerak
kearah cekungan. Sebaliknya jika terjadi pengangkatan (uplift) pada litosfer menyebabkan terjadinya pendangkalan cekungan.
Pendangkalan tersebut menyebabkan ruang akomodasi akan semakin berkurang,
akibatnya proses sedimentasi akan cenderung bergerak kearah darat.
Daftar Pustaka :
Hendra, Hidayattul. 2012. Tektonostratigrafi dan Potensi Source Rock Cekungan Sumatera Selatan. Jurusan Teknik Geologi UGM. Unpublished.
KOMENTAR KAMU :
Posting Komentar